Rangkuman Pelajaran PAK kelas XII SMA/SMK
Bab 11: Damai Sejahtera Menurut Alkitab
Bahan Alkitab: Imamat 26:1-46; Yohanes 14:23-31
A. Pengertian Damai Sejahtera Menurut Alkitab
Dalam kitab Imamat 26:1-46 dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
(1). Ayat 1-13 memuat
janji-janji berkat dan penyertaan Allah bila bangsa Israel taat dan
menjalankan perintah-perintah-Nya. Hal ini terlihat dalam ayat 6:
“Dan Aku akan memberi damai sejahtera di dalam negeri itu, sehingga
kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apa pun; Aku akan
melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan pedang tidak akan
melintas di negerimu.”
(2). Ayat 14-39 memuat
peringatan akan penghukuman Allah jika bangsa Israel lalai atau
menyimpang dari perintah-perintah Allah. Peringatan ini kita temukan dalam ayat14-19
“Tetapi jikalau kamu tidak mendengarkan Daku, dan tidak melakukan
segala perintah itu,... maka ... Aku akan mendatangkan kekejutan
atasmu... Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan
oleh musuhmu, ... Aku akan lebih keras menghajar kamu sampai tujuh kali
lipat karena dosamu, ... dan Aku akan mematahkan kekuasaanmu yang
kaubanggakan dan akan membuat langit di atasmu sebagai besi dan tanahmu
sebagai tembaga.”
(3). Ayat 40-46 berisi
janji-janji Allah untuk mengampuni dan menerima mereka kembali sebagai
umat-Nya. Allah itu setia, dan selalu ingat akan perjanjian-Nya dengan leluhur
Israel. Seperti yang dikatakan Allah,
“Tetapi bila mereka mengakui kesalahan mereka dan kesalahan nenek moyang mereka dalam hal berubah setia yang dilakukan mereka terhadap Aku ... maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub; juga perjanjian dengan Ishak dan perjanjian-Ku dengan Abraham pun akan Kuingat dan negeri itu akan Kuingat juga”(ayat 40-42).
Sebetulnya, dengan menghayati bacaan tadi, kita tahu bahwa hidup taat dan setia kepada Allah adalah pilihan yang selalu harus diambil: tidak bisa tidak, sebagai umat Allah kita harus berlaku setia kepada-Nya.
Bob Deffinbaugh (baca: “Definbo”) mengatakan bahwa Imamat 26 sangat penting
bagi kita karena lima hal berikut.
(1) Ini adalah teks kunci untuk memahami sejarah Israel. Peringatan-peringatan dalam Imamat adalah kerangka sejarah Israel.
(2) Menjadi kunci bagi kita untuk memahami pesan para nabi Israel. Janji penyelamatan dan pemulihan Israel juga kita temukan berakar dalam kelima kitab pertama Alkitab, yaitu Pentateukh.
(3) Prinsip-prinsip yang ada di balik janji berkat dan kutuk masih
berlaku di masa kita sekarang.
(4) Mengandung banyak pengajaran untuk orang tua dan semua orang yang
bertugas mendisiplinkan orang lain.
(5) Tidak hanya mengandung peringatan, tetapi juga pengharapan yang besar
di dalam Alkitab.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa damai sejahtera Allah itu hanya dapat terwujud apabila ada kesetiaan kepada Allah yang disertai kerelaan untuk menjalani perintah-perintah dan hukum-hukum-Nya.
Pada bacaan kedua, Yohanes 14:23-31, kita menemukan janji Tuhan Yesus untuk
memberikan damai-Nya kepada kita. Janji ini diucapkan-Nya menjelang
kematian-Nya di kayu salib. Yesus sadar bahwa sebentar lagi Ia akan
meninggalkan dunia dan murid-murid-Nya. Oleh karena itu, Ia menjanjikan Roh
Penghibur yang akan menyertai para murid dan semua orang percaya. Tugas Roh
ini adalah “mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan ... mengingatkan kamu
akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (ayat 26) Apa yang Tuhan Yesus
perintahkan untuk kita lakukan tidak lain adalah mengasihi Dia,
yang harus kita buktikan lewat ketaatan kita untuk menuruti firman-Nya
dan Bapa-Nya
(ayat 23-24).
Ketaatan kita itulah yang akan memberikan kepada kita damai
sejahtera-Nya
(ayat 28). Secara singkat, dapat kita simpulkan bahwa baik Imamat maupun
Injil Yohanes mengingatkan kita bahwa
ketaatan untuk melakukan apa yang telah diperintahkan Tuhan kepada kita
akan menghadirkan damai sejahtera.
B. Memahami Makna “Syalom”
Kata syalom dalam bahasa Ibrani biasanya diterjemahkan menjadi
”damai” atau ”damai sejahtera”. Dalam bahasa Yunani, bahasa
yang digunakan dalam penulisan Perjanjian Baru, kata ini diterjemahkan
menjadi eirene. Dalam bahasa Ibrani orang mengucapkan
syalom aleikhem, yang artinya “damai sejahtera bagimu”. Ucapan ini
dijawab dengan kata-kata aleikhem syalom. Kata ini mirip sekali
dengan kata “salam alaikum” atau
“assalamu alaikum” dan “wa alaikum salam” dalam bahasa Arab.
Kita tidak perlu heran. Bahasa Arab memang berasal dari rumpun yang sama
dengan bahasa Ibrani seperti halnya bahasa Tagalog dengan bahasa
Indonesia. Dalam bahasa Arab kata syalom diterjemahkan menjadi salam, kata
yang sama yang dipergunakan dalam bahasa Indonesia yang sangat diperkaya
oleh kosakata dari bahasa Arab karena pengaruh agama Islam. Kata ini dapat
kita bandingkan dengan salam Horas! di kalangan masyarakat Batak;
Ya’ahowu! di dalam masyarakat Nias.
Di kalangan masyarakat Yahudi, kebiasaan memberi salam seperti ini sangat
lazim. Dalam Lukas 10:5 Tuhan Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk
memberikan salam ini apabila mereka mengunjungi rumah seseorang. “Kalau
kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi
rumah ini.” (Lukas 10:15). Salam ini juga diucapkan oleh Tuhan Yesus
ketika Ia menampakkan diri-Nya ke tengah-tengah murid-murid-Nya setelah
kebangkitan-Nya: “Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu,
Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka:
“Damai sejahtera bagi kamu!” (Lukas 24:36).
Dalam ungkapan kata syalom aleikhem memang terkandung sebuah doa yaitu “kiranya damai sejahtera menyertaimu.” Alkitab menerjemahkan kata “syalom” menjadi “damai sejahtera”. Bukan semata-mata “damai” saja, meskipun kata syalom itu sendiri memang berarti “damai” atau “perdamaian”.
Arti kata “syalom” memang jauh lebih luas daripada sekadar “damai” saja. Berikut ini adalah sejumlah kata dan konsep yang digunakan untuk menerjemahkan kata “syalom”, sehingga kita dapat membayangkan kekayaan makna yang dikandungnya.
1. Persahabatan
Syalom antara sahabat berkaitan dengan hubungan yang akrab (Zakharia 6:13). Dalam Mazmur 28:3 orang diingatkan akan sahabat yang mulutnya manis, tetapi niatnya jahat:
“Janganlah menyeret aku bersama-sama dengan orang fasik ataupun dengan orang yang melakukan kejahatan, yang ramah dengan teman-temannya, tetapi yang hatinya penuh kejahatan.”
Kata “ramah” di sini merujuk kepada ucapan yang penuh syalom. Dalam versi
bahasa Inggris penggunaan kata ini menjadi lebih jelas:
• Do not drag me away with the wicked, with those who are workers of evil, who speak peace with their neighbours, while mischief is in their hearts. (New Revised Standard Version)
• Do not take me away with the wicked and with the workers of iniquity, who speak peace to their neighbors, but evil [is] in their hearts.. (New King James Version)
Dalam 1 Raja-raja 2:13 dikisahkan pula tentang Adonia yang menghadap
kepada Batsyeba, ibu Salomo, dan ditanyai, “Apakah engkau datang dengan
maksud damai?” Ia menjawab,“Ya, damai!” Namun pada kenyataannya tidak
demikian. Ia datang dengan niat jahat.
2.
Kesejahteraan
Kata syalom juga berarti
kesejahteraan yang menyeluruh, termasuk kesehatan dan kemakmuran yang
semuanya berasal dari Tuhan. Hal ini dapat kita temukan dalam 2 Raja-raja 4:26 ketika hamba Elisa
bertanya kepada perempuan Sunem dalam cerita ini,
“Selamatkah engkau, selamatkah suamimu, selamatkah anak itu?”
Dalam bahasa aslinya, bahasa Ibrani, pertanyaan ini berbunyi, “Apakah
engkau memiliki damai [sejahtera]?” Maksud pertanyaan ini mirip dengan
menanyakan kesejahteraan orang lain seperti dalam pertanyaan, “Apa kabar?”
Hal serupa diungkapkan oleh pemazmur dalam Mazmur 38:4 ketika ia meratap:
“Tidak ada yang sehat pada dagingku oleh karena amarah-Mu, tidak ada
yang selamat pada tulang-tulangku oleh karena dosaku”.
Maksud pemazmur, dosa-dosanya telah mengganggu dirinya sehingga ia tidak
memiliki syalom, kedamaian, di dalam dirinya. Syalom mempengaruhi
kesejahteraan bahkan juga kesehatan dan kedamaian dalam diri seseorang.
3.
Keamanan
Dalam Hakim-hakim 11:31, Yefta mengucapkan kaulnya bahwa bila ia kembali
dari medan perang “dengan selamat” (dengan aman, dalam syalom), maka
makhluk pertama yang keluar dari pintu rumahnya untuk menemuinya akan
dipersembahkannya kepada Tuhan sebagai korban bakaran.
Dalam Yesaya 41:3, Tuhan berbicara tentang utusan-Nya yang akan
mengalahkan lawan-lawannya. “Ia akan mengejar mereka dan dengan selamat
(dengan syalom) ia melalui jalan yang belum pernah diinjak kakinya.” Dalam
kitab yang sama, Yesaya juga melukiskan hubungan antara hidup yang benar
di hadapan Allah yang akan menghasilkan keamanan dan ketenteraman. Yesaya
melukiskan demikian,
“Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat
kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.
Bangsaku akan diam di tempat yang damai, di tempat tinggal yang tenteram
di tempat peristirahatan yang aman.(Yesaya 32: 17-18)
Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengatakan, “Apabila seorang yang kuat dan
yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka
amanlah [en eirene – bhs. Yunani] segala miliknya” (Lukas
11:21).
4.
Keselamatan
Akhirnya kata syalom juga digunakan dalam kaitan dengan “keselamatan”.
Dalam Yesaya 57:19 dikatakan, “Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai,
damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat -- firman
TUHAN -- Aku akan menyembuhkan dia!” Berita “damai sejahtera” yang
diberitakan berkaitan erat dengan kesembuhan yang Tuhan janjikan.
Keselamatan yang utuh dapat dilihat dari penggunaan kata “damai
sejahtera” dalam hubungannya dengan “keadilan” (Yesaya 60:17) atau seperti
dalam Mazmur 85:11 yang menyatakan “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan
bercium-ciuman.”
Hubungan antara keselamatan dan perdamaian menjadi lebih jelas lagi
apabila kita melihat bagaimana Perjanjian Baru memaknai karya keselamatan
yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus,
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah
menjadi “dekat” oleh darah Kristus.
Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan
kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,
…………………. Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang “jauh” dan
damai sejahtera kepada mereka yang “dekat”, karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk
kepada Bapa. (Efesus 2: 13-18).
Keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus adalah keselamatan yang
utuh, yang meliputi kehidupan jasmani dan rohani, yang mencakup masa depan
tetapi juga berlaku di masa kini dan sekarang juga.
Pemberian salam dan pengucapan “salam damai” atau “damai Kristus
besertamu” adalah sebuah tindakan yang menggambarkan hasil pendamaian yang
telah dikerjakan oleh Tuhan Yesus Kristus bagi manusia. Setelah kita
menerima berita pengampunan dan pendamaian dari Tuhan, hubungan kita
dengan sesama kita pun dipulihkan kembali. Karena itulah kita saling
mengucapkan “salam damai” atau “damai Kristus besertamu”.
Ucapan “salam damai” atau “damai Kristus besertamu” juga mengandung
doa dan pengharapan bahwa kita dan sesama orang percaya boleh ikut
serta di dalam karya pendamaian yang telah dikerjakan oleh Tuhan
Yesus.
Oleh karena itulah, dalam Kolose 3:15 dikatakan: “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena
untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar