Rabu, 02 Februari 2022

Gereja yang Memperbarui Diri, Rangkuman Pelajaran PAK Kelas IX SMP (Bab VII )

 

Rangkuman Pelajaran PAK Kelas IX SMP

Bab VII Gereja yang Memperbarui Diri

Bahan Alkitab: Mazmur 104:30; Yesaya 43:19-20; Yosua 24; 2 Korintus 5:17

 

 

A. Gereja dan Tradisi

 

Kata “tradisi” berasal dari bahasa Latin, yaitu traditio yang artinya “sesuatu yang diwariskan”, “sesuatu yang diturunkan kepada pihak penerus”, atau “kebiasaan”. Kebiasaan ini adalah suatu praktik yang sudah diterima sebagai sesuatu yang sudah seharusnya ada. Kebiasaan-kebiasaan apakah yang ada di dalam gereja?

Di masa lampau ada kebiasaan untuk menahbiskan hanya laki-laki untuk menjadi pendeta. Perempuan dilarang menjadi pendeta karena dianggap tidak layak atau tidak cocok.

Gereja ternyata adalah sebuah komunitas yang revolusioner dan mengakui kepemimpinan perempuan di gereja.

 

1.      Kepemimpinan perempuan

 

Ada yang mengatakan perempuan tidak boleh menjadi pendeta karena Yesus hanya memanggil laki-laki sebagai murid-murid-Nya. Sebagai pemimpin ibadah, pendeta berdiri sebagai wakil Yesus. Karena Yesus laki-laki, maka hanya laki-laki sajalah yang paling tepat berdiri sebagai wakil Yesus di dalam kebaktian. Ada juga yang mengutip kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 14:34: Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.

 

Ayat lain yang juga sering digunakan untuk menolak perempuan menjadi pendeta adalah 1 Timotius 2:11-12: “Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.”

 

2.      Peribadahan

 

Masalah lain yang berkaitan dengan tradisi adalah penggunaan alat-alat musik dalam kebaktian. Alat musik apakah yang layak dan yang tidak layak dipergunakan? Dari warisan tradisi kebaktian yang diturunkan oleh para misionaris Belanda, banyak gereja di Indonesia hanya menggunakan piano dan organ untuk mengiringi nyanyian jemaat. Alat-alat musik yang lain dianggap tabu. Misalnya gitar dianggap tidak layak dipergunakan dalam kebaktian. Begitu pula alat-alat musik tradisional seperti gamelan atau gondang Batak dianggap tidak boleh dimainkan dalam kebaktian-kebaktian di gereja karena dianggap sebagai musik orang kafir. Namun sekarang pandangan itu sudah berubah. Karena itulah sekarang kita melihat banyak sekali gereja yang mengembangkan musik kreatif dengan alat-alat musik yang diangkat dari tradisi setempat. Semua ini membuat ibadah menjadi semakin kaya. Orang dapat merasakan bagaimana menyembah Tuhan dengan musik setempat, dengan alat-alat musik yang akrab di telinga mereka selama ini. Hal ini sejiwa dengan apa yang dikatakan dalam Mazmur 150:

Dalam Mazmur yang singkat ini kita dapat menemukan seruan agar manusia memuji Tuhan Allah dengan berbagai alat musik. Dalam enam ayat ini kita menemukan 7 alat musik yang disebutkan. Tampaknya semuanya mewakili berbagai alat musik yang digunakan dalam ibadah orang Israel dahulu.

 

3.      Pemikiran teologis

 

Sebuah pemikiran teologis yang mengalami perubahan adalah pandangan orang Kristen terhadap orang-orang kulit hitam dan orang kulit berwarna lainnya. Pada masa lampau di dunia barat, termasuk di Afrika Selatan, orang Kristen kulit putih menganggap orang kulit hitam dan kulit berwarna lainnya lebih rendah derajatnya daripada orang kulit putih. Karena itulah mereka layak dijadikan budak. Mereka mengajukan dasar-dasar teologis yang mengatakan bahwa orang-orang kulit putih adalah keturunan Yafet, anak Nuh, sementara orang-orang kulit hitam adalah keturunan Ham, anak Nuh yang dikutuk karena melihat Nuh yang tidur telanjang karena mabuk dan malah menceritakannya kepada saudara-saudaranya (lih. Kej. 9:22, 25- 27). Untunglah sekarang orang sudah lebih cerdas dan bijaksana, sehingga pemikiran ini sudah ditinggalkan.

 

 

B. Perubahan sebagai Hukum Kehidupan

 

Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, pernah mengatakan, “Waktu dan dunia tidak diam saja. Perubahan adalah hukum kehidupan. Dan mereka yang hanya memandang ke belakang atau ke masa kini pasti akan kehilangan masa depan.”

Dalam dunia binatang kita dapat menemukan bagaimana kemampuan berubah itu sangat dibutuhkan untuk sebagian binatang untuk menyelamatkan diri. Bunglon, misalnya, terkenal karena dapat dengan cepat mengubah warna kulitnya sehingga sesuai dengan warna lingkungan di sekitarnya.

Perubahan inilah yang dapat membuat bunglon menyelamatkan diri dari binatang pemangsanya. Inilah cara bertahan yang disebut oleh para ahli biologi sebagai mimikri.

 

1.      Mimikri sebagai Mekanisme Perlindungan Diri

 

Mimikri adalah mekanisme perlindungan diri yang dikaruniakan Tuhan kepada jenis-jenis makhluk tertentu binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Dengan mekanisme ini, mereka dapat mempertahankan diri dari serangan-serangan musuh yang berbahaya dan menjaga kelangsungan hidup mereka dan keturunannya.

Apa yang dilakukan oleh binatang atau tanaman tertentu dalam alam untuk menyelamatkan dirinya, diadopsi di dunia kemiliteran. Di masa lampau tentara berperang dengan mengenakan pakaian yang mencolok. Mereka berdiri berbaris berhadap-hadapan lalu saling menembak.

Namun sejak Perang Dunia II cara berperang berubah karena cara yang lama dianggap bodoh dan memakan terlalu banyak korban. Kini tentara bersembunyi menyerang musuhnya dari tempattempat tersebut. Untuk menolong persembunyian mereka, seragam militer pun diubah. Mereka tidak lagi menggunakan pakaian berwarna mencolok, melainkan seragam hijau atau loreng-loreng. Mengapa warna-warna itu yang dipilih? Kembali kita melihat bahwa semua itu dilakukan untuk menyelamatkan diri dari musuh. Warna hijau akan membuat seorang anggota pasukan menghilang di antara pepohonan atau di tengah hutan. Begitu pula warna loreng-loreng akan membuatnya dengan mudah bersembunyi di antara pepohonan dan tanah.

 

2.      Manusia berubah

 

Di antara sekian banyak makhluk hidup, manusialah tampaknya yang paling mampu berubah dan mengikuti perubahan. Karena itulah manusia mampu bertahan sampai sekarang. Dahulu manusia hidup dengan berburu dan mencari makanannya di hutan-hutan. Sekarang ia telah belajar bagaimana beternak dan bercocok tanam, sehingga ia harus belajar merencanakan kehidupannya dengan baik. Ia juga menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. Ia belajar membaca tanda-tanda perubahan iklim dan membuat pakaian yang sesuai dengan iklimnya. Di musim dingin ia mengenakan pakaian yang tebal dan menutupi badannya dengan selimut, namun di musim panas ia mengenakan pakaian yang lebih tipis dan tidak mengurung badannya rapat-rapat.

Manusia belajar dari makhluk lain. Ia belajar mengenali jenis-jenis tanaman yang dapat dimakan dan dapat dijadikan obat-obatan. Manusia belajar dari katak bagaimana caranya berenang. Ia belajar dari burung bagaimana caranya menciptakan pesawat terbang. Ketika simpanse diserang parasit, diare atau malaria, mereka menggunakan khasiat tumbuhan Aspilia, dari keluarga Asteraceae. Daun kasar tumbuhan Aspilia dapat merangsang pencernaan dan membantu simpanse untuk menyingkirkan cacing tambang dan cacing perut lainnya.

Pengetahuan ini dimanfaatkan orang-orang di Tanzania orang untuk mengobati diri mereka. Manusia modern belajar mengolah minyak bumi dan batu bara menjadi bahan bakar yang sangat dibutuhkannya dalam hidupnya. Kini dengan semakin menipisnya minyak bumi dan batu bara, ia dipaksa untuk mengerahkan pikirannya untuk mencari sumber-sumber energi alternatif. Demikianlah cara manusia berubah dan menyesuaikan dirinya dengan alam di sekitarnya supaya ia mampu bertahan hidup.

 

 

D. Umat Allah yang Berubah

 

Umat Allah juga selalu berubah. Tuhan tidak ingin umat-Nya tetap hidup sama seperti dahulu. Karena zaman terus berubah, keadaan selalu berubah, maka gereja dan umat Allah pun harus ikut berubah pula agar mampu menghadapi dan bertahan dalam perubahan-perubahan tersebut. Perubahan ini juga dikerjakan oleh Allah sendiri.

Dalam Kitab Yesaya TUHAN Allah berkata demikian:

19 Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. 20 Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku (Yes. 43:19-20).

 

Kata-kata ini disampaikan Tuhan Allah kepada bangsa Israel yang hidup di pembuangan di Babel. Mereka hidup merana dan menderita karena tinggal di negeri asing. Apa yang tampak di hadapan mereka seolah-olah padang gurun dan belantara saja. Tidak ada kehidupan! Namun Israel tidak akan lebih lama lagi menderita. Tuhan akan membebaskan mereka. Tuhan akan menciptakan pembaruan. Dan Israel yang dibebaskan akan menjadi Israel yang baru, umat Allah yang taat.

 

1.     1. Pembaruan Umat Allah

Pembaruan selalu menjadi tema penting dalam pesan-pesan Tuhan Allah kepada umat Israel (Yosua 24:15-20) dikisahkan bahwa Yosua mengumpulkan bangsa Israel di Sikhem. Yosua sudah lanjut usia dan ia tahu bahwa sebentar lagi ia harus meninggalkan bangsa itu. Yosua khawatir karena bangsa Israel adalah bangsa yang keras kepala dan mudah sekali berpaling dari Tuhan. Karena itu Yosua mengisahkan kembali perjalanan bangsa itu sejak pertama kali Tuhan memanggil Abraham dan merencanakan pembentukan bangsa Israel. Pada akhir pidatonya yang panjang, Yosua meminta bangsa Israel untuk memilih. Mendengar kata-kata Yosua, seluruh bangsa Israel menjawab, “Tidak, hanya kepada Tuhan saja kami akan beribadah.” Apa yang dilakukan oleh Yosua di sini adalah mengajak Israel untuk melakukan pembaruan perjanjian mereka bersama Tuhan. Pembaruan perjanjian dan ikatan dengan Allah juga kita lakukan di dalam kehidupan kita sebagai umat Kristen.

 

2.     2. Gereja sebagai Umat Allah yang Baru

Pada hari Pentakosta di Yerusalem, para murid mendapatkan pencurahan Roh Kudus. Dengan pencurahan ini mereka menjadi umat Allah yang baru. Inilah gereja, yang terbentuk sebagai penggenapan nubuat Allah dalam Kitab Yoel:

“Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi (Yl. 2:17-19).

Pengalaman istimewa ini tidak lagi terbatas kepada nabi-nabi dan para pelihat. Kini semua orang dapat mendapatkannya. Roh Allah dicurahkan kepada anak-anak, laki-laki maupun perempuan, teruna-teruna, orang-orang tua, bahkan juga para hamba laki-laki dan perempuan. Sungguh suatu peristiwa yang luar biasa, ketika Roh Allah turun dan tinggal di dalam hati setiap orang, tanpa memandang kelas dan batas usia, tanpa membedakan laki-laki dan perempuan. 


3.     3. Gereja yang Diperbarui

Gereja sebagai umat Allah juga terus-menerus mengalami pembaruan. Pada 31 Oktober 1517, Martin Luther memakukan 95 dalilnya di pintu gereja di Wittenberg, Jerman. Dalam ke-95 dalilnya itu Luther menuliskan hal-hal yang dianggapnya telah menyimpang yang terjadi di dalam gereja, antara lain penyalahgunaan kekuasaan kepausan, nepotisme, penjualan jabatan, penjualan surat-surat pengampunan dosa, dan lain-lain. Luther menentang kata-kata Johann Tetzel, seorang imam Dominikan, yang mengatakan bahwa ” Begitu uang jatuh berdenting di kotak persembahan, pada saat yang sama pula jiwa di api penyucian terbang ke surga.”

  
4.     Pembaruan melalui Gerakan Pentakostal

Gerakan pentakostal, yang melahirkan gereja-gereja Pentakosta dan Karismatik, muncul di Amerika Serikat pada tahun 1901 ketika Agnes Ozman menerima karunia berbahasa roh di Topeka, Kansas. Gerakan ini muncul dari kelompok Methodis ketika sejumlah orang merindukan kegairahan dan kesederhaan dalam beribadah karena ibadah gereja pada waktu itu menjadi sangat formal dan kaku.

Gerakan pentakostal kini menjadi sebuah kekuatan pembaruan yang luar biasa di dunia. Jumlah anggota mereka sangat banyak. Sebagian dari gereja-gereja pentakostal ini bergabung ke dalam Dewan Gereja-gereja se-Dunia. DGD mengakui gerakan pentakostal sebagai gerakan gereja yang keempat setelah Gereja Ortodoks Timur, Gereja Katolik Roma, dan Gereja-gereja Protestan.

 

5.     5. Gereja yang Terus Memperbarui Diri 

Ada sebuah semboyan yang terkenal di kalangan gereja-gereja Reformasi yang berbunyi, Ecclesia reformata, ecclesia semper reformanda, atau yang biasa disingkat menjadi Semper reformanda saja. Artinya, ”Gereja yang diperbarui adalah gereja yang terus-menerus memperbarui dirinya.”

Berubah adalah hukum alam. Bila gereja tidak berubah, maka gereja itu akan mati digilas zaman, seperti halnya dinosaurus yang tidak dapat mengubah dirinya menjadi lebih kecil ketika bumi sudah menjadi semakin penuh oleh berbagai makhluk hidup dan sumber makanannya pun semakin habis.

Perubahan seperti apakah yang harus dilakukan oleh gereja? Sebagian orang Kristen yakin bahwa mereka harus meniru gereja perdana karena itulah gereja yang ”paling murni”. Mereka meniru cara berpakaian, aturan-aturan gereja, tata ibadah dan gaya hidup yang mereka yakini dijalankan oleh orang-orang Kristen perdana. Inilah gereja-gereja yang menyebut dirinya ”restorasionis”, artinya gerakan untuk memulihkan gereja kembali kepada keadaannya di abad pertama.

Pada kenyataannya gereja perdana pun berbeda-beda. Jemaat di Korintus tidak sama dengan jemaat di Efesus, Kolose, Roma, Galatia, dan lain-lain. Masalah-masalah mereka tidak sama, sehingga cara mereka menghadapi dan menjawab persoalan mereka pun tidak sama. Yang harus dilakukan oleh gereja bukanlah sekadar kembali ke abad pertama, melainkan menatap ke depan dan menghadapi masalah-masalah yang menantang kita dengan sungguh-sungguh, sambil memohon berkat dan pimpinan Tuhan.

Sambil mengutip kata-kata Presiden Kennedy, ”Dan mereka yang hanya memandang ke belakang atau ke masa kini pasti akan kehilangan masa depan,” kita diperingatkan untuk tidak memandang ke belakang saja atau masa kini saja, melainkan menatap ke masa depan yang penuh dengan tantangan. Tantangan perubahan yang harus dihadapi gereja pada masa kini adalah bagaimana mengajarkan manusia untuk hidup lebih sederhana sehingga beban terhadap bumi dapat dikurangi.


Lihat juga Video Youtubenya:

Gereja yang memperbarui diri

Gereja sebagai umat Allah yang baru

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar