Tampilkan postingan dengan label SMP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SMP. Tampilkan semua postingan

Kamis, 28 April 2022

Soal Try Out Ujian Sekolah Seni Budaya SMP 2022

Soal Try Out Ujian Sekolah Seni Budaya SMP 2022

Persiapan Ujian Sekolah Tahun 2022

Silahkan Klik link Try Out Seni Budaya SMP 2022 atau Form yang tampil di halaman ini

Try Out Ujian Sekolah Seni Budaya SMP 2022

Try Out Ujian Sekolah Agama Kristen SMP 2022


Rabu, 27 April 2022

Soal Try Out Ujian Sekolah Agama Kristen SMP tahun 2022

Soal Try Out Ujian Sekolah SMP tahun 2022

Persiapkan diri untuk Ujian Sekolah lewat mengerjakan soal-soal yang diambil dari pelajaran kelas 9 semester 1 dan 2

Silahkan klik link dibawah ini ataupun form yang ada dibawah ini.


Selasa, 05 April 2022

Pengembangan Diriku Untuk Pelayanan Bagi Sesama, Pelajaran Agama Kristen Kelas 9 Bab XI

Pelajaran Agama Kristen Kelas 9 Bab XI

Pengembangan Diriku Untuk Pelayanan Bagi Sesama 

Bahan Alkitab: Matius 22:37-40; Roma 12:1

 

        A . Pendahuluan

Kegiatan 1: Belajar dari Nick Vujiick

Berdoa

Tuhan Yesus, Tuhan pemelihara hidup Kasih-Mu sungguh nyata kami rasakan Engkau Tuhan yang menjaga dan membentuk kehidupan kami Pada saat ini, kami memohon tolonglah kami untuk dapat mensyukuri lebih dalam akan penyertaan-Mu dalam setiap perkembangan kami sehingga dengan Roh-Mu yang kudus kami dimampukan untuk mengembangkan diri kami bagi pelayanan terhadap sesama seturut kehendak-Mu Amin.

 

    Nick Vujicik adalah seorang pria asal Australia yang mempunyai kondisi tubuh cacat. Kisahnya sering ditampilkan di televisi karena begitu menginspirasi banyak orang di dunia. Dia tidak mempunyai kedua tangan dan kaki yang utuh. Kaki sebelah kirinya pendek sekali, nyaris hanya dari mata kaki sampai telapak kaki. Perkembangan dan kehidupan Nick dari kecil bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika ia berumur 8 tahun ia tidak dapat menerima dirinya. Ia hampir ingin bunuh diri. Tetapi pada waktu selanjutnya, Nick Vujicik sekalipun dalam keterbatasan fisiknya, ia tetap belajar untuk menemukan potensi dirinya, menerima dirinya, mengakui dan mensyukuri kasih Tuhan atas keberadaan dan keberlangsungan hidupnya. Ia tidak pernah berhenti untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Sekalipun tidak memiliki kedua tangan dan kaki yang utuh, ia dapat memainkan alat musik, berenang, makan, minum dan mengurus dirinya sendiri, menjadi motivator yang luar biasa dan menjadi berkat bagi banyak orang. Nick adalah contoh seseorang yang berusaha mengembangkan dirinya dan dapat menjadi berkat bagi orang lain bahkan dalam keadaan fisik yang tidak utuh sekalipun. Remaja Kristen masa kini dapat belajar banyak dari kehidupan Nick Vujicik dan keteladanannya untuk pelayanan bagi sesama.

 

Bernyanyi Menyanyikan lagu Kidung Jemaat 367 : 1 :

“Pada-Mu Tuhan dan Allahku”

Padamu Tuhan dan Allahku,
Ku persembahkan hidupku
Dari-Mu jiwa dan ragaku hanya dalam-Mu
Ku teduh Hatiku yang Engkau pulihkan,
Pada-Mu juga ku berikan.

 

Setelah membaca kisah Nick Vujicik dan menyanyikan lagu KJ 367:1 “Pada-MU Tuhan dan Allahku” bersama guru dan teman-temanmu berikanlah komentarmu.

a. Pesan apa yang sangat menyentuh yang saya dapatkan?
b. Pembelajaran apa yang dapat diteladani mengenai pelayanan kepada sesama dari Nick           Vujicik?
c. Spiritualitas yang seperti apakah yang dimiliki Nick Vujicik?

 

        B.      Masa Remaja : Masa Transisi

Bagaimana pengalaman dan pendapatmu tentang remaja? Masa remaja adalah masa yang indah, namun juga masa yang penuh dengan gejolak. Beberapa aspek perubahan pada diri remaja di masa transisi menurut Wayne Rice dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.      Masa transisi. Dalam masa ini remaja banyak mengalami perubahan secara fisik dang mengalami berbagai gejolak yang kadang-kadang terlihat seperti tidak normal. Misalnya: seorang remaja begitu mudah berubah dalam waktu yang singkat, tiba-tiba senang dan tiba-tiba merasa sedih, tiba-tiba bersemangat dan tiba-tiba merasa tak punya semangat. Pada umumnya masa remaja dikenal dengan masa pencarian jati diri. Pada masa inilah seorang anak mencoba meninggalkan hal-hal yang kekanak-kanakan dalam usahanya untuk menemukan identitasnya.

2.      Masa bertanya. Pada masa ini remaja mengalami perkembangan dalam ranah kognitifnya. Umumnya mereka mulai mempertanyakan banyak hal yang sudah diajarkan kepada mereka. Mereka tidak percaya pada semua hal yang pernah dikatakan/diajarkan, baik dari orang tua maupun guru. Mereka ingin mengerti bagi diri mereka sendiri. Misalnya kepercayaan tentang Allah dan Kristus di dalam Alkitab mulai diragukan. Dalam masa ini, remaja membutuhkan jawaban yang jujur dan pasti.

3.      Masa keterbukaan. Pada masa ini remaja sangat terbuka terhadap ide[1]ide serta bimbingan. Bagi kebanyakan mereka, usaha untuk mencari/ mendapatkan identitas baru merupakan proses yang penuh dengan coba[1]coba yang menyebabkan karakteristik mereka sulit ditebak. Mereka akan menerima suatu hal di satu kesempatan dan dapat menolaknya sama sekali di lain kesempatan.

4.      Masa mengambil keputusan. Remaja yang berada di usia 12-15 tahun belum siap untuk mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Tetapi bagi sebagian remaja yang lain, keputusan yang penting sangat mungkin terjadi dan mungkin saja tetap berfungsi sampai pada akhir hidup.

 

Selama menjalani perkembangan, remaja diharapkan dapat mencapai hal-hal tertentu yang menjadi tantangan pada usia tersebut. Memang seringkali banyak remaja tidak mampu menerima keadaan dirinya. Tetapi semakin cepat remaja menerima keberadaan diri, maka semakin cepat pula mereka beradaptasi dan berkembang ke arah positif.

Beberapa keadaan tertentu yang perlu dihadapi remaja antara lain:

a. Menerima keadaan fisiknya.

Memasuki remaja setiap orang akan mengalami berbagai perubahan fisik. Kadang-kadang perubahan ini tidak sesuai dengan harapan diri remaja itu dan juga lingkungan sosialnya. Misalnya, muncul pertanyaan, “Mengapa tubuh saya tidak setinggi Tomas? Bila perubahan fisik terjadi tidak sesuai harapan, remaja cenderung untuk kecewa. Tentang ini remaja perlu menyadari bahwa setiap pertumbuhan fisik yang ia alami merupakan karunia Tuhan yang patut disyukuri. Tidak ada seorang manusia pun yang sempurna. Hal ini akan membantu remaja untuk dapat melihat dirinya tidak hanya sebatas pada kekurangannya, tetapi membuat remaja dapat melihat bahwa ia sendiri mempunyai kelebihan-kelebihan yang patut diterima dan dikembangkannya.

b. Mengetahui dan menerima kemampuan diri.

Masa remaja adalah masa yang produktif. Ini adalah masa yang tepat untuk belajar dan mencari tahu kemampuan diri, menerimanya dan mengembangkannya bagi pelayanan kepada sesama. Tanyakanlah kepada orang-orang terdekat kamu seperti anggota keluarga, teman dekat, agar dapat kamu mengetahui dan menemukan kemampuan dirimu untuk terus dikembangkan. Kamu juga dapat mencari tahu sendiri minat dan bakat kamu. Misalnya olah raga, bermain musik, mengarang (novel, cerpen, puisi), melukis, memotret, berbicara di depan umum, dan lain-lain.

c. Memantapkan kepribadian dengan nilai dan norma yang positif

Masa remaja adalah fase terpenting dalam pembentukan nilai, termasuk nilai-nilai pelayanan sosial. Pembentukan nilai merupakan suatu proses emosional dan intelektual yang sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial. Pada masyarakat yang majemuk dan modern, terdapat banyak sistem nilai yang bertentangan satu dengan yang lain. Nilai-nilai dan arti didapat remaja dari orang-orang penting antara lain: guru, pemimpin kelompok, pembina pramuka, orang tua. Pada masa ini remaja sedang merenggangkan diri dari orang tua sehingga pengaruh pemimpin kelompok teman sebaya lebih besar dibandingkan dengan pengaruh orang tua dalam hal penerimaan nilai. Bagaimana caranya kamu dapat berkembang dengan nilai-nilai positif yang juga dipengaruhi oleh lingkungan yang baik?

Kegiatan 2: Analisis Diri Berikanlah pendapatmu berdasarkan pengalaman tentang hal berikut!

1.      Amatilah dirimu, sejak kamu memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Berdasarkan penjelasan di atas, berikanlah deksripsi mengenai perkembangan dirimu
a. Aspek Fisik ..............................................................................................
b. Aspek Mental ..........................................................................................
c. Aspek Sosial ............................................................................................
d. Aspek Spiritual ........................................................................................
2. Masa transisi apakah yang sangat berkesan yang kamu alami sampai saat ini?
3. Bagaimana pendapatmu bahwa ternyata Tuhan menghendaki perkembangan dirimu juga berguna dalam pelayanan bagi sesama?
 

C. Orang Kristen di Tengah Gereja dan Lingkungan Sosial

Kita berada di tengah-tengah komunitas Kristen atau gereja. Oleh karena itu penting bagimu untuk memahami hakikat gereja, meskipun dalam pembelajaran awal hal ini sudah banyak dibahas. Tetapi dalam pembelajaran ini akan kita kaitkan dengan pelayanan bagi sesama. Dalam Bab 1 sudah dijelaskan makna gereja. Gereja ada sebab Tuhan Yesus memanggil orang menjadi murid-Nya. Selain itu, gereja memiliki tugas atau yang sering dikenal dengan “tiga tugas pangilan gereja”. Hal ini terlihat dalam peristiwa di mana Tuhan Yesus menyuruh muridnya untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat. 28:19) dan perintah untuk menjadi saksi sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8).

Gereja memiliki tritugas atau panggilan yaitu bersaksi (koinonia), bersekutu (marturia) dan melayani (diakonia).

a. Bersekutu (Koinonia)

Setiap orang yang percaya kepada Kristus dipanggil untuk bersekutu. Dengan bersekutu setiap orang dapat saling menjaga, mengasihi, dan saling membangun di dalam iman kepada Kristus. Hal bersekutu dapat dilihat dalam bentuk-bentuk doa bersama, kebaktian bersama, persekutuan keluarga, dan lain-lain. Pada gilirannya hal tersebut akan dibawa ke lingkungan sosial yang lebih luas, dan orang Kristen dipanggil untuk mengembangkan persekutuan-persekutuan yang dibutuhkan oleh lingkungannya.

b. Bersaksi ( Marturia)

Tugas gereja adalah bersaksi tentang penyelamatan Allah kepada orang[1]orang yang belum mengetahuinya. Bersaksi dapat dilihat dalam bentuk[1]bentuk penyampaian Injil, atau dengan menjalani kehidupan yang penuh damai dan kasih dengan sesama. Bersaksi dapat dilihat dan diwujudnyatakan dalam tindakan-tindakan yang menyaksikan kebaikan Tuhan dalam hidup seseorang.

c. Melayani (diakonia)

Gereja dipanggil tidak hanya untuk bersekutu dan bersaksi tetapi juga untuk melayani sesama. Hal melayani adalah bentuk nyata yang sangat diperlukan untuk mewujudkan kasih kepada sesama. Pelayanan yang sejati, telah dilakukan oleh Tuhan Yesus dan menjadi teladan utama bagi kita semua. Hal tersebut dapat dilihat di dalam kisah Tuhan Yesus melayani murid-murid-Nya dengan membasuh kaki mereka (Yoh. 13:1-17).

 

Seluruh anggota komunitas Kristen, termasuk kamu sebagai remaja Kristen memiliki peran yang harus dimainkan berkaitan dengan tritugas panggilan gereja. Setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi pelaku aktif firman Tuhan lewat kesaksian hidupnya di tengah lingkungan sosial. Hal itu dapat dilakukan sebagai pribadi maupun bersama orang Kristen orang lain dengan menampilkan tindakan dan gerakan untuk melindungi sesama manusia serta seluruh alam ciptaan.

Setiap orang Kristen dipanggil untuk mengembangkan spiritualitas “manusia baru” yang sudah dikuduskan oleh Tuhan di tengah-tengah masyarakat. Spiritualitas seperti ini akan membangun lingkungannya sesuai dengan tuntunan Roh Kristus. Spiritualitas tersebut akan memampukan orang Kristen menumbuhkan kasih yang sungguh-sungguh kepada Allah, pada saat yang sama secara aktif dapat peduli kepada sesamanya sebagaimana Tuhan melihat dan mengasihi mereka. Spiritualitas seperti ini akan melahirkan kesatuan yang utuh antara kehidupan rohani dan aktivitas sosial. Terdorong oleh spiritualitas seperti itu, orang Kristen dimampukan untuk terlibat dan menunaikan tugas mereka bagi gereja dan dengan semangat Injil memberi sumbangsih bagi lingkungannya.

Ada orang Kristen yang kehidupannya terpisah atau terbelah. Pada satu pihak mereka memiliki “kehidupan rohani” dengan tuntutan-tuntutannya, di pihak lain memiliki “kehidupan duniawi” di dalam keluarga, sekolah, tempat pekerjaan, atau yang memiliki hubungan dengan lingkungan sosial. Hal ini tidak boleh terjadi. Kedua kehidupan itu harus dipersatukan, dengan firman dan kehendak Tuhan sebagai titik rujukan.

 

Kegiatan 3: Wawancara Tokoh

Wawancarailah tokoh agama di lingkunganmu (pendeta, majelis, atau yang lain)!

Beberapa pedoman wawancara disediakan untuk kamu.

a. Apa sajakah bentuk-bentuk pelayanan sosial yang sudah dilakukan gereja/ jemaat bagi lingkungan? b. Apa yang mendasari pelayanan gereja bagi sesama?

c. Hal-hal apa yang menonjol yang dialami oleh sesama di lingkungan gereja/ jemaat?

d. Apa yang dipelajari gereja/orang Kristen dalam proses melayani sesama.

 

D. Keterlibatan Sosial Berlandaskan Iman Kristiani

Hidup kita di tengah-tengah lingkungan sosial sudah seharusnya dilandasi oleh iman dan ketaatan untuk melakukan kehendak Tuhan bagi pembaharuan lingkungan. Untuk itu dibutuhkan pembaharuan dalam tingkat personal maupun sosial yang dapat merefleksikan nilai-nilai kehidupan, keadilan, perdamaian, ketaatan, solidaritas, ketulusan, dan keterbukaan. Pembaharuan seperti itu adalah tuntutan kristiani yang berat. Meskipun demikian, ada jaminan dari pribadi yang sudah lebih dahulu menjalani dan menghadapi situasi sulit sebagaimana yang kita hadapi saat ini. Pribadi tersebut adalah Tuhan Yesus sendiri. Ia berjanji kepada kita, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20).

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Allah telah memberikan kepada kita suatu kesempatan untuk mengatasi masalah, kejahatan, dan menggapai kebaikan dan kehendak Tuhan. Untuk itu Kristus telah menebus umat-Nya dengan memberikan diri-Nya secara utuh, dan harganya telah lunas dibayar (1 Kor. 6:20). Pemberian diri Kristus bagi kita manusia merupakan landasan dan inti komitmen kristiani kita, untuk memberikan harapan bagi lingkungan kita. Karena penebusan Kristus, hal-hal yang lama “telah mati” dan kita perlu mengembangkan sifat-sifat maupun kekuatan dalam pengharapan teguh akan janji-janji Tuhan sambil terus mengembangkan diri dalam pelayanan bagi sesama (bdk. Ef. 4:16).

Tujuan dari keterlibatan sosial kita adalah untuk menopang lingkungan agar menjadi tempat yang layak bagi keberlangsungan kehidupan manusia secara utuh (fisik, mental, sosial, spiritual). Untuk itu kita perlu mengembangkan solidaritas. Tuhan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa kita dipanggil untuk mengasihi sesama kita (Mat. 22:40, Yoh. 15:12). Kebenaran ini juga berlaku bagi lingkungan sosial. Kasih yang sejati adalah perintah sosial yang sangat penting. Kasih tersebut akan direfleksikan dengan cara memahami dan menghormati sesamanya, dan hak-hak yang dimilikinya. Di dalam relasi dengan Allah kasih menjadi nyata dan efektif dalam pelayanan bagi sesama.

 


Kegiatan 4: Mendalami Alkitab

Bentuklah kelompok kecil yang terdiri dari 3 – 4 orang. Diskusikan dan jawablah pertanyaan di bawah ini, kemudian presentasikan di depan kelas. Berilah apresiasi dengan tepuk tangan untuk kelompok yang telah selesai mempresentasikan hasil diskusinya.

 

Matius 22:37-40 37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Pertanyaan Kelompok:

a. Apa artinya mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi?

b. Apakah perbedaan antara mengasihi diri sendiri dan sikap egoistis?

c. Menurut kelompokmu apa yang dapat dilakukan oleh remaja secara konkret untuk sesamanya?

 

E. Berperan Serta Secara Arif

Dalam perkembangan hidup kita, kita tidak terlepas dari lingkungan sosial. Karena itu, remaja mau tidak mau perlu dan harus terlibat dalam kehidupan bersama sesamanya. Mungkin banyak di antara kamu yang merasa tidak perlu memikirkan dan terlibat dalam lingkup yang lebih besar. Peran ini dijalankan oleh orang tua. Tetapi ketika memasuki masa remaja, kamu akan melihat bahwa kini tiba waktunya untuk kamu pun ikut terlibat, dan turut bertanggung jawab terhadap kehidupan sesama.

Ada beberapa tahap dalam menentukan langkah untuk memahami, menilai keadaan, mengambil keputusan, dan mendorong suatu tindakan.

Ketiga tahapan tersebut adalah:

1.      Melakukan refleksi terhadap realitas yang ada. Di sini kita perlu mendengarkan berbagai pendapat yang baik dan tajam.

2.      Melakukan evaluasi terhadap realitas tersebut dan menganalisisnya di dalam terang rencana dan kehendak Tuhan.

3.      Mengambil keputusan berdasarkan langkah-langkah terdahulu.

Tindakan yang bijaksana memungkinkan kita untuk mengambil keputusan yang baik dan konsisten dengan keyakinan iman kita. Di sinilah terlihat keterkaitan antara kearifan kristiani dan pengembangan diri remaja untuk pelayanan bagi sesama. Akan lebih baik lagi apabila gereja kamu memiliki program-program yang melibatkan remaja. Misalnya, gereja melibatkan remaja untuk membuat karya-karya dan pelayanan bermakna bagi sesama. Remaja dilibatkan untuk mengembangkan bakatnya, dengan membuat kerajinan tangan, membuat lagu, trampil mendengarkan sesama, menyampaikan firman Tuhan, dan lain-lain.

 

Kegiatan 5: Membuat Karya

Siswa membuat hasil karya tentang keterlibatan bagi sesama, dengan beberapa alternatif sebagai berikut:

Alternatif 1: Membuat pembatas Alkitab berisi komitmen untuk mengikuti kehendak Tuhan menjadi remaja yang terlibat dalam pelayanan bagi sesama.

Alternatif 2: Membuat gambar, puisi, doa, teks lagu, lukisan yang berisi ajakan untuk terlibat secara aktif bagi sesama. Tempelkan di majalah dinding sekolah.

Alternatif 3: Buatlah kliping tentang keterlibatan remaja dalam pelayanan sosial atau pelayanan bagi sesama.

 

F. Peran Serta Remaja untuk Pelayanan bagi Sesama

Dalam Bahasa Inggris kata “tanggung jawab” berarti responsible dibentuk dari dua kata yaitu response (= jawaban) dan able (= mampu). Jadi, kata responsible dapat diartikan sebagai “mampu menjawab akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tindakan kita”. Hal ini sama dengan arti kata tanggung jawab dalam bahasa Indonesia yang juga mengacu kepada kemampuan dan kesediaan seseorang untuk menanggung akibat-akibat yang ditimbulkan oleh perbuatannya.

Kehadiran orang Kristen termasuk remaja dalam kehidupan sosial dicirikan oleh pelayanannya. Pelayanan adalah tanda dan ungkapan kasih kristiani yang dapat dirasakan dalam kehidupan keluarga, gereja, dan kehidupan sosial di masyarakat sesuai dengan kemampuan dan talenta pemberian Tuhan. Pelayanan yang dilakukan dengan baik dan tepat dapat ikut memecahkan masalah-masalah sosial. Bahkan pelayanan sosial dapat menjadi kesaksian yang hidup dan konsisten dengan ajaran kristiani.

Di tengah dunia yang semakin kompleks dan pluralistik, kita dipanggil untuk membuka diri melalui kesaksian mereka, bekerjasama dengan semua orang dalam memikul tanggung jawab kita sebagai warga masyarakat dan dunia. Kita dipanggil untuk turut bertanggung jawab membantu semua orang, apapun juga agama dan keyakinan mereka. Dengan demikian akan menjadi nyata peranan iman Kristen dalam meningkatkan kesejahteraan sosial dan martabat manusia yang luhur.

Adapun bentuk tanggung jawab komitmen sosial kita dapat wujudkan dalam dua bentuk yaitu:

a. Komitmen untuk membaharui diri secara mental. Pembaharuan mental seharusnya memang mendahului komitmen untuk memperbaiki lingkungan.

b. Dari pembaharuan mental akan muncul kepedulian terhadap orang-orang di lingkungan kita. Kepedulian tersebut dapat membantu kita untuk memahami tanggung jawab dan komitmen kita untuk “menyembuhkan” lingkungan kita, lembaga, struktur dan kondisi yang berhubungan dengan martabat manusia, sehingga setiap manusia betul-betul dapat dihormati dan seluruh alam semesta dapat dipulihkan.

Di atas telah dijelaskan bahwa perkembangan remaja tidak terlepas dari konteks kehidupan di tengah sesama. Kita adalah bagian dari gereja dan tinggal di tengah masyarakat. Namun banyak remaja yang enggan memenuhi tanggung jawabnya untuk melayani sesama. Mereka lebih memilih untuk menjalani masa remajanya dengan melakukan hal-hal yang negatif, yang mendukakan Tuhan, seperti mengkonsumsi minuman keras, narkoba, hingga kepada seks bebas yang dapat mengakibatkan berbagai jenis penyakit. Mereka tidak peduli dengan kemampuan diri mereka, potensi diri mereka yang seharusnya perlu digali, dikembangkan demi pelayanan untuk sesama.

 

Kegiatan 6: Penilaian Diri

a.      Tanggung jawab remaja bagi sesama”

        


b.      b. Lengkapilah bagian yang kosong di bawah ini!

Roma 12: 1 “ Karena ……………….   kemurahan Allah ……………. menasihatkan kamu  ………………………………………………..mempersembahkan……………………………persembahan…………………dan …………………………….... kepada ………………………………….”  

c.       c. Paham dan refleksikanlah makna ayat tersebut bagi kamu. Bicarakan dengan teman di sampingmu.

 

G. Penilaian

1.      Pernahkah kamu merasa dirimu kurang dibandingkan teman-teman kamu yang lain? Kalau ya, apakah itu? (Kurang cantik, kurang ganteng, kurang pintar, kurang tinggi, kurang kurus, kurang terkenal di antara teman-teman, kurang kaya, dan lain-lain.)

2.      Setelah kamu membaca kisah Nick Vujicic, masih pantaskah kamu merasa dirimu kurang? Coba ceritakan kepada temanmu sebangku! Kalau ada siswa yang duduk sendirian, ia boleh bergabung dengan temannya yang lain.

3. Di atas dikatakan, “Ada orang Kristen yang kehidupannya terpisah atau terbelah.” Berikan contoh-contohnya, dan jelaskan mengapa keadaan seperti ini tidak baik dan tidak diharapkan oleh Tuhan Yesus!

4. Sebutkan, program-program apa saja yang sudah pernah, atau yang dapat, dikembangkan oleh gerejamu untuk remaja-remaja di luar gereja yang ada di sekitarnya!

 

H. Rangkuman

Masa remaja adalah masa transisi yang penuh gejolak sebab secara signifikan remaja tengah mengalami perkembangan baik segi fisik, mental, intelektual, dan spiritual. Remaja Kristen dipanggil untuk terlibat dalam pelayanan bagi sesama yang dikasihi Tuhan. Remaja Kristen diharapkan dapat menerima keberadaan dirinya, mengetahui dan menerima kemampuan dirinya, dan dapat mengembangkan diri untuk pelayanan bagi Tuhan dan sesamanya. Anak-anak Tuhan perlu melakukan pelayanan kepada sesama dengan penuh tanggung jawab, serta dengan pertimbangan secara arif.

 

I. Nyanyian Penutup Bernyanyi “Bagaikan Bejana“

 



Pelajaran Agama Kristen Kelas 9: Membangun Perdamaian, Merajut Toleransi (Bab 10)

Pelajaran Agama Kristen Kelas 9: Membangun Perdamaian, Merajut Toleransi (Bab 10)

Membangun Perdamaian, Merajut Toleransi 

Bahan Alkitab: Mazmur 133:1-3; Kisah Para Rasul 10:1- 48

 

        A. Pengantar

Pertanyaan utama yang sering kita dengar selama ini adalah betulkah agama mempunyai peranan untuk memperdamaikan dan mengembangkan toleransi? Bukankah realitas sehari-hari yang terlihat adalah gejala ketidakharmonisan dan sikap intoleran? Bukankah seringkali agama justru menunjukkan wajahnya yang kejam dan sikap intoleran? Bahkan di dalam sebuah agama juga sering terjadi suasana yang tidak damai dan intoleran. Dalam sejarah dapat ditemukan banyak bukti bahwa agama sering menjadi penyebab suatu peperangan, dengan korban yang cukup banyak. Bab ini akan memaparkan realitas ketidakdamaian dan sikap intoleransi, selanjutnya belajar dari Alkitab mengenai keadaan tersebut. Kemudian akan diupayakan mencari dan mengembangkan solusi agar remaja dapat mengembangkan perdamaian dan sikap toleransi.

      

B.      Agama adalah Anugerah Tuhan

Agama pada dasarnya adalah respons manusia terhadap anugerah Tuhan. Iman Kristen mengajarkan bahwa Allah telah bekerja di dalam hidup kita dengan mengaruniakan keselamatan dan damai sejahtera melalui karya Yesus Kristus. Karena itulah, kita pun terpanggil untuk menghadirkan kesejahteraan bagi sesama kita. Baik atau buruk pengaruh agama dalam masyarakat tergantung dari bagaimana cara manusia menanggapi anugerah Tuhan tersebut. Oleh karena itu, sebagai bentuk ucapan syukur atas anugerah Allah maka manusia harus melaksanakan ajaran agama yang menghadirkan cinta kasih Tuhan dalam relasi dengan Tuhan dan sesama.

Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta, yang berasal dari akar kata a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “bercampur” atau “kacau”. Jadi, agama artinya tidak kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya. Kata “agama” dalam bahasa Inggris yaitu religion, berasal dari bahasa Latin religare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya, setiap orang yang bereligi atau beragama adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci, dan karena itu seyogyanya senantiasa bersikap hati-hati dengan sesuatu yang dianggap suci.

Dalam mewujudkan perdamaian antarumat beragama, pluralisme atau kemajemukan harus dipahami sebagai semangat untuk menghargai keyakinan agama sendiri dan sejalan dengan itu menghormati keyakinan agama lain. Penganut agama lain tidak dilihat sebagai musuh, lawan atau saingan. Sebaliknya, mereka adalah teman sekerja, saudara, sesama yang memiliki tujuan yang sama, yakni kesejahteraan manusia dan alam ciptaan Allah.

Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat dan memelihara eksistensi suatu masyarakat yang damai, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan perdamaian suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan keberadaan pemeluk agama lain.

Terdapat dua bentuk konflik yang bersumber pada agama yaitu:

  • Perbedaan doktrin dan sikap mental yang memandang bahwa hanya agama yang dianutnyalah yang memiliki kebenaran (claim of truth) sedangkan yang lain sesat, atau setidaknya kurang sempurna. Klaim kebenaran inilah yang menjadi sumber konflik yang berlatar belakang agama.
  • Masalah mayoritas dan minoritas kelompok agama. Dalam suatu masyarakat yang majemuk atau plural, masalah mayoritas dan minoritas sering kali menjadi faktor penyebab munculnya konflik sosial. Mayoritas sering menindas atau menekan minoritas dalam hal menjalankan ibadah masing-masing.

Bagi umat Kristen, perdamaian adalah panggilan iman. Perdamaian yang dikehendaki adalah:

a. Perdamaian yang otentik dan dinamis. Artinya, perdamaian yang kita usahakan dan kembangkan bukanlah sekadar “asal damai”, melainkan damai yang benar-benar keluar dari hati yang tulus dan murni.

b. Ada kaitan antara perdamaian dan kebebasan. Artinya, perdamaian harus terpancar dalam kebebasan, bukan perdamaian yang dipaksakan dan justru melumpuhkan dan mematikan kebebasan.

Perpaduan antara kedua hal ini disebut tanggung jawab. Kebebasan beragama tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan apa saja, melainkan harus dilakukan dengan bertanggung jawab. Salah satu tujuan tanggung jawab itu adalah menjaga dan memelihara kesejahteraan hidup bersama sebagai tugas dan tanggung jawab semua umat beragama.

Agama pada dasarnya bertujuan untuk menghadirkan damai dan sejahtera bagi hidup manusia. Dalam kekristenan kita beriman kepada Allah karena karya pendamaian-Nya melalui Yesus Kristus, yang seharusnya mendorong kita untuk terus-menerus membangun perdamaian dengan sesama kita. Orang Kristen harus sadar bahwa ketika hubungan damai dengan Allah (secara vertikal) dibangun, maka pada saat yang sama seharusnya hubungan damai dengan sesama (secara horisontal) juga dikembangkan.

        

      C.      Perdamaian dalam Perspektif Alkitab dan Teologis  

Alkitab memberi kesaksian bahwa sejak awal penciptaan dunia, Tuhan telah mempunyai rencana yang indah bagi ciptaan-Nya. Taman Firdaus merupakan taman yang asri dan damai bagi manusia pertama, Adam dan Hawa. Mereka berdua dipanggil untuk saling mengasihi antarsesama dan mengasihi Tuhan sebagai Sang Pencipta. Manusia dipanggil untuk bertanggung jawab terhadap keutuhan ciptaan Tuhan, agar dapat hidup penuh damai dan sejahtera. Terutama kitab Kejadian 1:26-28 mendeskripsikan bahwa manusia diciptakan menurut citra Tuhan supaya mereka berkuasa atas flora, fauna bahkan seluruh ciptaan Allah. Artinya, manusia diberikan tugas oleh Tuhan untuk memelihara dan bertanggung jawab atas seluruh ciptaan-Nya. Citra manusia yang serupa dengan Allah tersebut perlu dihargai dan dihormati oleh manusia. Mereka memiliki relasi yang damai, baik dengan Tuhan sang Khalik maupun dengan sesamanya, bahkan dengan keseluruhan alam ciptaan Tuhan.

Dalam teks-teks Alkitab pembahasan tentang perdamaian ditunjukkan oleh dua kata yang sering muncul dalam kaitannya dengan pemahaman mengenai damai yaitu syalom (dalam Perjanjian Lama), eirene dan soteria atau keselamatan (dalam Perjanjian Baru). Ayat-ayat Alkitab menjelaskan bahwa kata damai dipakai dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hubungan antarmanusia. Damai dipakai sebagai salam saat bertemu dan berpisah. Sebagai salam pertemuan atau perjumpaan, yang memberi salam mengharapkan lawan bicara dalam keadaan sehat, bahagia, senang, dan sentosa. Sementara itu, sebagai salam perpisahan, yang memberi salam damai mengharapkan masing-masing di antara mereka tetap dalam keadaan selamat setelah perjumpaan terjadi.

Mengingat kata damai tersebut memuat harapan untuk keselamatan, maka kata tersebut juga menjadi semacam berkat yang diucapkan secara khusus di dalam suatu perpisahan. Dalam hal ini, kata damai secara langsung maupun tidak langsung dikaitkan dengan dimensi religius, karena kehadiran berkat tersebut diimani hanya dapat terjadi karena pekerjaan Tuhan. Damai sebagai salam atau salam berkat, khususnya dalam Perjanjian Lama, hanya terjadi dalam situasi ketika orang taat kepada Tuhan. Di dalam Alkitab kata damai juga memiliki konsep keutuhan, kesentosaan, dan kesejahteraan, baik berkaitan dengan aspek personal maupun sosial.

Pertama, damai dalam perspektif pribadi, yaitu mencakup aspek fisik dan batin atau dimensi keutuhan pribadi maupun martabat manusia. Damai secara fisik diartikan apabila orang tidak berkekurangan, cukup makanan dan ada tempat tinggal, dan tidak mengalami kesulitan untuk hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan tubuh. Karena itu, orang-orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar kehidupan, adalah manusia yang tidak mengalami damai.

Kedua, damai berkaitan dengan lingkup sosial. Di sini damai berarti adanya keutuhan sosial, kesejahteraan sosial ketika masyarakat hidup dalam suasana yang aman dan damai. Dengan demikian damai berkaitan dengan relasi antarmanusia. Di sini juga penting kita menghubungkan makna damai dengan keutuhan dalam masyarakat dengan ide relasi antara penguasa dan warga masyarakat, atau antara pemimpin dan rakyat atau yang dicirikan dengan relasi harmonis.

Tuhan Yesus menggunakan kata damai (eirene) sebagai salam perjumpaan dan salam perpisahan. Secara khusus, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa nilai tertinggi dari damai berkaitan erat dengan ajaran sentral Tuhan Yesus tentang “Kerajaan Allah”. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa Kerajaan Allah adalah suatu keadaan di mana Tuhan “hadir sebagai Raja”. Jadi sangat berbeda dengan konsep kerajaan yang kita kenal yang lebih bersifat teritorial dan berkaitan erat dengan kekuasaan.

Dalam konsep Kerajaan Allah, kekuasaan Allah melingkupi semua aspek kehidupan manusia baik dalam hubungan antarmanusia, maupun hubungan dengan Tuhan bahkan dengan alam semesta. Sebagaimana dinubuatkan oleh para nabi, di dalam Kerajaan Allah akan ada kebenaran, kebebasan, kasih, rekonsiliasi, dan kedamaian yang abadi. Aspek-aspek tersebut menjadi nilai-nilai yang perlu dikembangkan dalam kehidupan kristiani. Kekuasaan Allah sebagai raja tersebut merupakan situasi yang semestinya ada. Tanpa damai, Kerajaan Allah tidak dapat dihadirkan, karena damai merupakan tanda hadirnya Kerajaan Allah.

Dalam Injil sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas) dapat dilihat bahwa Tuhan Yesus sering berbicara mengenai Kerajaan Allah. Meskipun demikian, dia juga sering mengganti Kerajaan Allah dengan istilah “Kerajaan Surga” (sampai 30 kali). Secara khusus Matius menyebut kata damai dalam khotbah Tuhan Yesus di atas bukit: “Berbahagialah orang-orang yang membawa damai” (Mat. 5:9). Dalam Khotbah di Bukit, kata damai berkaitan dengan solidaritas bersama kaum miskin, tindakan etis berlandaskan kasih Allah, dan pemahaman akan Allah yang sangat baik dan berbelas kasih. Dalam kisah-kisah Injil, kita menemukan bahwa Tuhan Yesus sendirilah yang menjadi pembawa damai, yang memperdamaikan relasi manusia yang rusak dengan Allah dan relasi manusia dengan sesamanya.

Dapat pula kita telusuri bahwa para pengikut Kristus pada perkembangan gereja awal memaknai kata damai dengan menghubungkannya pada Tuhan Yesus sendiri. Salah satu tokoh penyebar kekristenan di Asia Kecil yang terkenal adalah Rasul Paulus, yang tulisan-tulisannya selalu menghubungkan hampir semua topik bahasan dengan pribadi Yesus yang adalah Kristus, termasuk pembahasannya tentang damai. Dalam suratnya untuk Jemaat Roma, dia mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengalami damai adalah mereka yang hidup di dalam Kristus (mis. Rm. 2:10; 3:17, 25; 5:1).

Kegiatan 2 : Mendalami Alkitab

Baca dan pahamilah teks dalam Mazmur 133!

Sebutkan dua gambaran berkat yang terdapat dalam teks ini apabila manusia hidup dalam damai. Jelaskan maknanya!

 


D.                  Perdamaian Antar Umat Beragama


Kita harus mengakui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kemajemukan agama. Karena itu pengajaran agama seharusnya disampaikan dengan wawasan perdamaian. Di sinilah wawasan pluralism dapat menolong dan mengarahkan kepada hadirnya perdamaian antaragama. Pluralisme harus dipahami sebagai semangat dalam menghargai keyakinan agama sendiri dan sejalan dengan itu menghormati keyakinan agama lain. Penganut agama lain tidak dilihat sebagai musuh, lawan atau saingan. Sebaliknya, mereka adalah teman sekerja, saudara, sesama yang memiliki tujuan yang sama, yakni kesejahteraan manusia dan alam ciptaan Allah.


Kita harus mengakui bahwa sejarah masa lalu kita penuh dengan konflik antar agama. Bahkan diberbagai tempat hal itu masih terjadi. Padahal konflik antaragama menunjukkan kepada kita adanya pengingkaran atas nilai-nilai agama terutama nilai kasih, persaudaraan, persatuan antarmanusia. Karena itulah, seharusnya pembelajaran agama yang kita lakukan memberikan pendasaran dan kekuatan rohani agar tercipta adanya integrasi maupun ikatan sosial. Spiritualitas kristiani seharusnya memberikan pencerahan bagi tercapainya perdamaian antaragama. Dengan demikian pembelajaran mengenai agama baik yang kita pelajari sendiri maupun yang kita terima dari guru di sekolah dan di gereja dapat kita gunakan untuk membuat referensi bagi perdamaian antar agama.


Meskipun demikian, meredam atau menghentikan komflik saja belumlah cukup. Masih ada satu langkah lagi yang penting, yaitu harus terjadi tahap rekonsiliasi yakni tahap perdamaian antaragama. Sebab kalau terjadi saling balas membalas, pasti masalah tidak akan selesai, bahkan akan menjadi lebih parah. Namun, jika kita melakukan rekonsiliasi maka perdamaian akan dapat diwujudkan. Ajaran penting di dalam kekristenan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Tuhan Yesus, mengampuni pihak lain.


Pada waktu kita mengampuni orang lain, sesungguhnya kita juga memberikan “hadiah” kepada diri kita sendiri, karena kita telah terbebas dari rasa dendam, permusuhan dan pasti merasa lebih damai. Di samping itu tentu saja orang yang diberi pengampunan juga akan merasakan adanya suasana yang damai. Mengampuni atau memaafkan orang lain bukanlah hanya sekadar bersabar serta menahan diri karena tidak mempunyai kekuatan untuk membalas apa yang dilakukan orang lain. Lebih dari itu, saat kita pun memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membalas dendam kita juga tidak melakukannya. Inilah panggilan rekonsiliasi yang didasarkan kepada panggilan luhur, yang seharusnya diajarkan oleh semua agama. Dengan landasan kesetaraan dan kesederajatan, serta usaha untuk saling percaya dan memahami pihak lain, maka akan terjalin suatu hubungan dan keterbukaan, untuk menemukan cara dan jalan terbaik agar konflik antar agama dapat diatasi, sehingga pada gilirannya dapat menciptakan suatu kehidupan bersama yang penuh damai.

 

Kegiatan 3: Diskusi

Diskusikan dengan teman sebangkumu!

1. Apa yang harus menjadi landasan dalam menyatakan perdamaian antarumat beragama?

2. Kalau semua agama mengajarkan cinta kasih dan perdamaian, mengapa dapat terjadi banyak kerusuhan dan perang antaragama?

3. Apakah agama tampak berfungsi di lingkunganmu? Kalau tampak, apa yang kamu lihat? Mengapa demikian? 4. Apa peranan agama Kristen di lingkunganmu?

5. Sebutkan contoh konkret yang dapat dilakukan remaja untuk menciptakan perdamaian antaragama!

6. Buatlah rencana tentang mewujudkan perdamaian antarumat beragama yang akan dilakukan!

 

      E.       Dialog untuk Perdamaian

Sebagai warga gereja, kita banyak terlibat dialog dengan orang lain yang berbeda suku, agama, ras, dan antargolongan, karena dalam hidup sehari-hari kita bertemu dan bergaul dengan mereka. Dialog pun bermanfaat untuk mewujudkan perdamaian. Bahkan dialog adalah salah satu sarana yang paling baik untuk membangun perdamaian.

Dalam melakukan dialog, ada empat hal yang harus diperhatikan.

(a) Pertama, kita memerlukan pendalaman tentang isi kepercayaan/agama kita sendiri. Kita perlu menghayati dengan mendalam pemahaman kita tentang pokok-pokok iman Kristen kita, tradisi gereja kita dan lain-lain yang berkaitan dengan kekristenan atau agama kita sendiri.

(b) Kedua, kita memerlukan pemahaman tentang agama orang lain dan kehidupan mereka di dalam menjalankan keyakinannya.

(c) Ketiga, kita harus bersikap saling menghormati tanpa memandang latar belakang, dan tak peduli dengan jumlah umat kita atau jumlah umat agama lain. Bila jumlah kita lebih besar, kita tidak boleh menyombongkan diri karena jumlah itu. Bila jumlah kita lebih kecil, kita tidak perlu merasa rendah diri karenanya.

(d) Keempat, dialog tidak berarti merelatifkan kebenaran Injil atau membawa kita kepada sinkretisme.

Dialog banyak diselenggarakan di tingkat-tingkat yang lebih luas seperti nasional dan internasional, karena orang semakin memahami pentingnya dialog untuk mencapai perdamaian.

Ø  Pertama, upaya membangun kesejahteraan tidak dapat terlaksana dengan mengabaikan keberadaan orang lain. Masalah-masalah kehidupan di sekitar kita yang semakin kompleks adalah masalah bersama. Kepercayaan kita kepada Allah, pertama-tama harus membuat kita mengakui dengan rendah hati bahwa pluralitas masyarakat adalah karunia Tuhan untuk dikembangkan dengan maksimal melalui dialog. Dialog akan membuka perspektif baru dalam menjalankan komitmen keagamaan.

Ø  Kedua, adalah tepat untuk mengupayakannya di kalangan pemuda. Sebab pemuda memiliki potensi besar untuk membangun masa depan bersama yang lebih dinamis, terbuka dan penuh kemungkinan.

Ø  Ketiga, kalau agama-agama ingin tetap berperan di dalam memberi arah terhadap pembangunan bangsa, maka dialog adalah cara yang tepat untuk menggalang potensi. Tanpa dialog, kehidupan akan semakin terpecah-pecah dan pada gilirannya akan membuat agama diabaikan oleh masyarakat.

Ø  Keempat, dialog bukan saja sarana untuk makin saling mengenal, melainkan membuat kita makin mengenal jati diri kita sendiri. Kekhawatiran bahwa dialog akan menyinggung perasaan orang lain membuat kita enggan untuk berdialog.

Kekhawatiran lain secara tidak disadari ialah kita takut seandainya yang kita percayai itu tidak benar, kita khawatir jangan-jangan kepercayaan kita menjadi goyah.

Halangan terbesar dari upaya dialog untuk mengembangkan toleransi ini adalah anggapan bahwa agama lain pasti tidak sesuai atau cocok dengan agama saya. Memang semua agama tidak sama. Setiap agama muncul dan bertumbuh dalam situasi dan latar sejarahnya yang unik, sehingga isi ajarannya pun menjadi unik.

Sungguh keliru bila kita mengatakan bahwa semua agama sama saja. Bahkan setiap aliran dalam sebuah agama tertentu pun berbeda-beda dengan aliran yang lainnya. Itulah sebabnya ada Kekristenan yang Protestan, tetapi juga Katolik, Pentakosta, Baptis, Adentis, dan lain-lain. Di dalam Islam pun demikian, ada Sunni, Syiah, Ahmadiyah, Tarekat, dan lain-lain.

Perbedaan-perbedaan ini juga tidak terlepas dari tafsiran orang terhadap ayat-ayat kitab suci dan penghayatan orang akan iman mereka. Perbedaan tafsir tidak mungkin diseragamkan, karena setiap orang memandang teks kitab sucinya dengan latar belakang budaya, pendidikan, politik, ekonomi dan strata sosial yang berbeda-beda. Masalah perbedaan penafsiran agama tersebut, dapat menjadi masalah ketika ada pihak-pihak tertentu yang menganggap bahwa pendapatnya, dan penafsirannyalah yang paling benar, sementara yang lain salah.

Karena itu kita harus memulai dialog kita dengan pemahaman bahwa ada banyak perbedaan di antara agama-agama, tetapi ada juga hal-hal yang sama, yang dapat menjadi titik temu dalam kepelbagaian yang ada. Dalam setiap agama, bahkan setiap aliran agama, ada hal-hal yang khas, yang partikular. Tetapi, sekaligus ada juga hal-hal yang umum, atau hal-hal yang disebut sebagai hal yang universal. Perbedaan-perbedaan yang ada itu justru akan menjadi positif bila kita memahaminya sebagai sebuah kekayaan, seperti warna-warni yang indah pada sebuah pelangi.

Toleransi beragama tidak bertujuan untuk menghilangkan nilai-nilai kekhasan agama, karena hal itu tidak mungkin terjadi. Penghilangan perbedaan, pemaksaan keseragaman di antara pemeluk agama justru merupakan tindakan sewenang-wenang dan melanggar hak asasi manusia. Untuk menghadapi perbedaan-perbedaan tersebut, yang perlu ditekankan adalah nilai-nilai yang bersifat universal, misalnya nilai keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, kebaikan, kejujuran, kasih kepada sesama.

Kegiatan 4: Membuat Puisi Tentang Harapan untuk Hidup Damai

Buatlah sebuah puisi atau pantun tentang harapanmu mengenai hidup bersama di dalam damai. Puisi minimal tujuh baris!

 


      F.       Merawat Perdamaian Merajut Toleransi

Pada hakikatnya perdamaian antaragama perlu dikembangkan dan dirawat. Perdamaian secara konkret dapat dirasakan bila ada suasana persaudaraan dan kebersamaan antarsemua orang walaupun mereka berbeda secara suku, ras, golongan, dan agama. Perdamaian juga dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk menjadi damai karena sebelumnya ada ketidakdamaian, konflik atau perselisihan. Namun selanjutnya, timbul kesadaran serta kemampuan dan kemauan untuk hidup bertoleransi karena dalam realitas kita harus hidup secara berdampingan dengan agama lain, hidup bersama dengan agama lain dalam suasana damai serta tenteram. Hal ini sebenarnya berhubungan dengan sila pertama dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Toleransi juga dapat dikatakan sebagai suatu istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.

Perdamaian bukanlah suatu hal yang secara otomatis selalu ada di sekitar kita, oleh karena itu kehadirannya perlu dirawat dengan terus-menerus mengembangkan toleransi, antara lain dengan sungguh-sungguh mau melakukan dialog. Perdamaian dan toleransi antarumat beragama bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Penerapan sikap perdamaian berdampak pada toleransi atau sebaliknya toleransi menghasilkan perdamaian, keduanya menyangkut hubungan antarsesama manusia.

Perdamaian umat beragama berarti antara pemeluk-pemeluk agama yang berbeda bersedia secara sadar hidup rukun dan damai. Suatu perdamaian yang dilandasi oleh toleransi, karena ada saling pengertian, menghormati, menghargai dalam kesetaraan, dan bekerja sama dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hidup rukun artinya hidup bersama dalam masyarakat secara damai, saling menghormati dan bergotong royong atau bekerja sama. Jika perdamaian diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari, maka akan muncul toleransi antarumat beragama. Atau, jika toleransi antarumat beragama dapat terjalin dengan baik dan benar, maka akan menghasilkan suatu masyarakat damai.

Toleransi sejati didasarkan pada sikap hormat terhadap martabat manusia, hati nurani dan keyakinan serta keikhlasan sesama apapun agamanya. Toleransi antarumat beragama harus tercermin pada tindakan-tindakan atau perbuatan yang menunjukkan umat saling menghargai, menghormati, menolong, dan mengasihi. Termasuk di dalamnya menghormati agama dan iman orang lain, menghormati ibadah yang dijalankan oleh orang lain, tidak merusak tempat ibadah, tidak menghina ajaran agama orang lain, serta memberi kesempatan kepada pemeluk agama menjalankan ibadahnya. Dengan adanya komitmen untuk melakukan hal-hal tersebut dengan sungguh-sungguh, maka agama-agama akan mampu untuk melayani dan menjalankan misi keagamaan dengan baik sehingga terciptalah suasana damai yang toleran dalam kehidupan masyarakat serta bangsa.

Sebagaimana yang telah diungkapkan dalam pembelajaran sebelumnya, kemajemukan bangsa Indonesia merupakan keunikan serta kekayaan yang harus disyukuri. Hidup dalam masyarakat yang pluralis dengan sendirinya menuntut tingkat toleransi serta solidaritas yang tinggi agar perdamaian dapat diwujudkan. Untuk merealisasikan perdamaian tersebut, terdapat empat hal yang harus diperhatikan terutama untuk para remaja dan pemuda dalam perjalanan ke depan bersama-sama, yaitu;

1.       Tanggung jawab yang besar. Setiap umat beragama harus memiliki tanggung jawab moral dalam dirinya untuk menjadikan perdamaian sebagai urusan dan perjuangan pribadi. Setiap orang beriman, termasuk remaja dan pemuda, harus menjadi pribadi yang “cinta damai”. Jika tidak, maka perubahan yang berarti tidak akan terjadi.

2.       Perdamaian harus dirawat dan dikembangkan terus-menerus. Harus diupayakan langkah demi langkah dengan kesepakatan-kesepakatan yang semakin maju melalui pengalaman perjalanan bersama.

3.       Tugas mewujudkan perdamaian antarumat beragama adalah tugas bersama semua agama.

4.       Kita harus menerobos dan merubuhkan tembok prasangka, seperti yang sudah diteladankan Tuhan Yesus dalam sikapnya terhadap kelompok agama atau etnis lain (ingat: kisah perjumpaan perempuan Samaria dengan Tuhan Yesus ).

 

Salah satu tantangan terhadap pengembangan perdamaian adalah adanya peristiwa-peristiwa lokal yang mengarah pada peningkatan benturan dan konflik SARA (suku, agama, ras dan antar golongan). Hal ini harus menjadi perhatian kita semua, bersama pemerintah dan lembaga keagamaan dalam upaya meningkatkan hubungan yang baik antara suku, agama, ras atau golongan.


Kegiatan 5:

a. Bacalah prosa di bawah ini dengan saksama dan temukan pesan dalam tulisan ini!

 


Pesan yang saya temukan dalam tulisan di atas adalah: …………………………………………………………………...………….................. ……………………………………………………………………...……….................. ………………………………………………………………...…………… ………….

 

b. Buatlah sebuah karya yang kreatif dengan tema “Kasih Persaudaraan”, yang berkaitan denan toleransi. Karya itu dapat berupa puisi, gambar, prosa, slogan, dan lain-lain.

 

G. Penilaian

1. Apa arti “syalom” yang digunakan di dalam Alkitab? Menurut kamu, apa artinya kalau kita mengucapkan “syalom” kepada orang lain?

2. Kadang-kadang kita mendengar seseorang mengucapkan “Syalom, teman-teman!” sambil berteriak-teriak, karena merasa ucapannya kurang terdengar oleh orang lain. Menurut kamu, apakah ucapan itu menghadirkan “syalom” bagi mereka yang mendengarnya?

3. Di atas dikatakan, “Artinya, perdamaian yang kita usahakan dan kembangkan bukanlah sekadar “asal damai”, melainkan damai yang benar-benar keluar dari hati yang tulus dan murni.” Menurut kamu, apakah arti pernyataan ini? Berikan contohnya dalam hidup sehari-hari!

4. Diatas dikatakan bahwa konflik yang bersumber pada agama seringkali muncul karena adanya klaim kebenaran dalam masing-masing agama. Coba jelaskan, apakah itu berarti kita tidak dapat mengatakan bahwa agama kita adalah agama yang benar!

 

       H. Rangkuman

Agama-agama mengajarkan agar manusia mewujudkan cinta kasih dari Tuhan kepada sesama. Cinta kasih itulah yang mestinya direfleksikan dalam hubungan damai dengan sesama, bahkan dengan semua ciptaan Tuhan.

Perdamaian antarumat beragama penting diwujudkan dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Bagi umat Kristen, perdamaian merupakan panggilan iman yang harus diusahakan dan dikembangkan dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian sesama yang berbeda agama bukanlah saingan atau ancaman apalagi musuh, melainkan sebagai saudara-saudara sesama ciptaan Tuhan yang oleh Tuhan sendiri ditempatkan untuk hidup bersama dalam toleransi dan bekerja sama untuk perdamaian.

Remaja sebagai bagian dalam masyarakat harus turut berperan serta menciptakan perdamaian antaragama pada saat yang sama merajut sikap toleransi. Hal ini perlu secara konkret dilakukan, misalnya dalam pergaulan remaja yang tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, golongan. Remaja harus meneladani sikap Tuhan Yesus sebagai pilihan utama dalam usaha mewujudkan perdamaian dan toleransi, sehingga remaja dapat menghadirkan tanda-tanda kerajaan sorga di dalam dunia.