STATUS DI DALAM YESUS
Dari Simon Petrus,
hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan
kami memperoleh iman oleh
karena keadilan Allah dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus (2 Petrus 1:1)
(Saut Sihombing, S.Th)
Hamba dan rasul disini adalah dua jenis pelayanan (status) kita
kepada Yesus. Pada pandangan
manusia 2 pelayanan ini merupakan pelayanan yang sangat kontras
perbedaannya, yaitu pelayanan yang sangat rendah/hina dengan pelayanan
yang tinggi/mulia. Dan biasanya orang langsung memilih pelayanan yang
lebih besar dan tidak perduli apakah orang lain tersinggung atau
marah.
Ini juga terjadi diantara murid Yesus, mereka mempersoalkan siapa yang
terbesar diantara mereka
(Luk 9:46). Mengatasi hal seperti ini, Yesus mengatakan:
barang siapa terbesar diantara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu (Mat 23:11-12). Kita tidak
perlu meninggikan diri
dan juga jangan sampai rendah diri atau minder karena status atau pelayanan kita yang tinggi atau rendah tergantung pada kemurahan Allah.
1.
Dari Simon Petrus,
hamba dan rasul
Yesus Kristus
Petrus menegaskan statusnya sebagai “hamba”
yaitu budak belian, artinya ia
telah dibeli oleh Kristus untuk menjadi miliki-Nya. Oleh sebab itu tidak
ada kata yang lain selain kata “ya” untuk setiap perintah Allah. Tidak ada
hak yang mau dituntut atau diperjuangkan. Yang ada hanyalah kewajiban
untuk menyenangkan hati Tuhan. Tidak ada kata lelah, letih dan lesu
(3L).
Luk 17:7-10
memberikan gambaran kewajiban seorang hamba adalah kerja, kerja dan
bekerja atau melayani, melayani dan melayani tanpa ada batasan waktu
tetapi sampai Tuhan puas.
Walau sudah seharian bekerja diladang ketika pulang ke rumah masih harus
bekerja lagi mempersiapkan makanan setelah itu melayani tuannya sampai
puas makan dan istirahat barulah hamba itu bisa makan. Sekalipun demikian
tuan itu tidak perlu berterima kasih kepada hambanya karena memang hamba
itu adalah miliknya (Ay. 10).
Demikan sekarang, sekalipun kita sudah melakukan tugas-tugas kita atau
pelayanan kita, kita tidak boleh menuntut hak. Kita hanya dapat berkata:
kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna yang harus melakukan apa yang
harus kami lakukan.
Satu hal yang harus kita ingat bahwa sudah dibeli oleh Kristus karena itu
status kita adalah sebagai hamba.
1Kort 6:20
Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu
muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
1Kort 7:23
Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu
janganlah kamu menjadi hamba manusia.
Ketika kita sudah mengerti siapa kita dihadapan Tuhan maka ada dua hal
yang harus kita lakukan yaitu memulikan Allah dengan tubuh kita,
yaitu:
a.
Memuliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Ø Mempersembahkan tubuh
(Rom 12:1).
Ø Menjaga tubuh sebagai
bait Allah yang kudus (1Kort 3:16-17)
Ø Kita diciptakan untuk
melakukan pekerjaan baik (Ef 2:10).
b.
Tidak lagi menjadi hamba manusia
Hamba manusia disini adalah budak secara rohani, artinya memandang segala
sesuatu secara manusiawi saja.
Gal 4:1, 3 sekalipun dia adalah ahli
waris tapi selama dia belum dewasa ia sama dengan hamba demikian juga
dengan kita, selama kita belum akil balig maka kita tetap diperhamba oleh
roh-roh dunia.
1Kort 13:11 kedewasaan kita dalam
Kristuslah yang membuat kita dapat meninggalkan sifat-kanak-kanak atau
perhambaan dosa itu.
Rom 6:18
kita sudah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. Sudah
dewasa dalam pemikiran.
2.
Dari Simon Petrus, hamba dan
rasul Yesus Kristus
Rasul (Yunani= apostolos), artinya utusan Allah.
Istilah sekarang adalah duta atau wakil Allah. Sebagai rasul, Petrus diberi otoritas sebagai utusan Allah.
Namun demikian dalam suratnya ini, sedikitpun tidak ada kata-kata yang
mengarah kepada kesombongan atau meninggikan diri baik kepada sesama rasul
ataupun kepada jemaat. Petrus tidak memakai kata “saya” tapi kata “kami”
dan “kita”. Artinya tidak ada penonjolan dirinya sekalipun dia diangkat
sebagai rasul.
Petrus menyadari bahwa semua itu adalah anugrah Allah dan tujuannya adalah
untuk hidup yang saleh (ay.3). Dengan demikian cara padang Petruspun akan
orang lain atau pembaca suratnya bukan lagi secara manusiawi tetapi cara
pandang orang yang sudah dewasa didalam Kristus atau orang yang sudah
merdeka dari dosa.
Petrus menuliskan:
“kepada mereka yang bersama-sama dengan
kami memperoleh iman”
Artinya Petrus menyamakan statusnya
sebagai sesama orang beriman, tidak ada perbedaan dan tidak merasa
lebih tinggi sekalipun ia adalah rasul atau utusan/wakil Allah.
Dua status yang Petrus
kemukakan disini mengajar kita, supaya kita introspeksi diri bahwa siapa
kita dan sebenarnya kita milik siapa.
Pertama, Supaya kita tidak lagi bertindak sesuka hati kita seolah-olah hidup
kita ini milik kita sendiri. Hidup kita yang dulu sudah mati dan sekarang
kita harus hidup untuk Kristus
(Gal 2:19-20, Ef 2:1-5).
Kedua,
supaya sekalipun kita dipercayakan suatu pelayanan, jangan sampai
meninggikan diri kepada orang lain tetapi melayani dengan sukarela sesuai
kehendak Allah
(1Petr 5:1-3).
Amin.
(Saut Sihombing, S.Th)