Selasa, 20 Oktober 2015

Status didalam Yesus (2 Petrus 1:1)

STATUS DI DALAM YESUS

Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kitaYesus Kristus  (2 Petrus 1:1)

(Saut Sihombing, S.Th)



    Hamba dan rasul disini adalah dua jenis pelayanan (status) kita kepada Yesus.  Pada pandangan manusia 2 pelayanan ini merupakan pelayanan yang sangat kontras perbedaannya, yaitu pelayanan yang sangat rendah/hina dengan pelayanan yang tinggi/mulia. Dan biasanya orang langsung memilih pelayanan yang lebih besar dan tidak perduli apakah orang lain tersinggung atau marah. 

    Ini juga terjadi diantara murid Yesus, mereka mempersoalkan siapa yang terbesar diantara  mereka (Luk 9:46). Mengatasi hal seperti ini, Yesus mengatakan: barang siapa terbesar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu (Mat 23:11-12). Kita tidak perlu meninggikan diri dan juga jangan sampai rendah diri atau minder karena status atau pelayanan kita yang  tinggi atau rendah tergantung pada kemurahan Allah. 

1.    Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus

Petrus menegaskan statusnya sebagai hamba yaitu budak belian, artinya ia telah dibeli oleh Kristus untuk menjadi miliki-Nya. Oleh sebab itu tidak ada kata yang lain selain kata “ya” untuk setiap perintah Allah. Tidak ada hak yang mau dituntut atau diperjuangkan. Yang ada hanyalah kewajiban untuk menyenangkan hati Tuhan. Tidak ada kata lelah, letih dan lesu (3L). 
    Luk 17:7-10 memberikan gambaran kewajiban seorang hamba adalah kerja, kerja dan bekerja atau melayani, melayani dan melayani tanpa ada batasan waktu tetapi sampai Tuhan puas.
 
    Walau sudah seharian bekerja diladang ketika pulang ke rumah masih harus bekerja lagi mempersiapkan makanan setelah itu melayani tuannya sampai puas makan dan istirahat barulah hamba itu bisa makan. Sekalipun demikian tuan itu tidak perlu berterima kasih kepada hambanya karena memang hamba itu adalah miliknya (Ay. 10).
        Demikan sekarang, sekalipun kita sudah melakukan tugas-tugas kita atau pelayanan kita, kita tidak boleh menuntut hak. Kita hanya dapat berkata: kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna yang harus melakukan apa yang harus kami lakukan.
Satu hal yang harus kita ingat bahwa sudah dibeli oleh Kristus karena itu status kita adalah sebagai hamba.

1Kort 6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
1Kort 7:23 Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.

         Ketika kita sudah mengerti siapa kita dihadapan Tuhan maka ada dua hal yang harus kita lakukan yaitu memulikan Allah dengan tubuh kita, yaitu: 

a.    Memuliakanlah Allah dengan tubuhmu!
    Ø   Mempersembahkan tubuh (Rom 12:1).
    Ø   Menjaga tubuh sebagai bait Allah yang kudus (1Kort 3:16-17)
    Ø   Kita diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik (Ef 2:10).

b.    Tidak lagi menjadi hamba manusia
    Hamba manusia disini adalah budak secara rohani, artinya memandang segala sesuatu secara manusiawi saja.
Gal 4:1, 3  sekalipun dia adalah ahli waris tapi selama dia belum dewasa ia sama dengan hamba demikian juga dengan kita, selama kita belum akil balig maka kita tetap diperhamba oleh roh-roh dunia.
1Kort 13:11  kedewasaan kita dalam Kristuslah yang membuat kita dapat meninggalkan sifat-kanak-kanak atau perhambaan dosa itu.
Rom 6:18 kita sudah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran. Sudah dewasa dalam pemikiran.

2.      Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus

    Rasul (Yunani= apostolos), artinya utusan Allah. Istilah sekarang adalah duta atau wakil Allah. Sebagai rasul, Petrus diberi otoritas sebagai utusan Allah. Namun demikian dalam suratnya ini, sedikitpun tidak ada kata-kata yang mengarah kepada kesombongan atau meninggikan diri baik kepada sesama rasul ataupun kepada jemaat. Petrus tidak memakai kata “saya” tapi kata “kami” dan “kita”. Artinya tidak ada penonjolan dirinya sekalipun dia diangkat sebagai rasul. 
            Petrus menyadari bahwa semua itu adalah anugrah Allah dan tujuannya adalah untuk hidup yang saleh (ay.3). Dengan demikian cara padang Petruspun akan orang lain atau pembaca suratnya bukan lagi secara manusiawi tetapi cara pandang orang yang sudah dewasa didalam Kristus atau orang yang sudah merdeka dari dosa.

    Petrus menuliskan:

kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman

Artinya Petrus menyamakan statusnya sebagai sesama orang beriman, tidak ada perbedaan dan tidak merasa lebih tinggi sekalipun ia adalah rasul atau utusan/wakil Allah. 
        Dua status yang  Petrus kemukakan disini mengajar kita, supaya kita introspeksi diri bahwa siapa kita dan sebenarnya kita milik siapa. 

Pertama, Supaya kita tidak lagi bertindak sesuka hati kita seolah-olah hidup kita ini milik kita sendiri. Hidup kita yang dulu sudah mati dan sekarang kita harus hidup untuk Kristus (Gal 2:19-20, Ef 2:1-5).

Kedua, supaya sekalipun kita dipercayakan suatu pelayanan, jangan sampai meninggikan diri kepada orang lain tetapi melayani dengan sukarela sesuai kehendak Allah (1Petr 5:1-3).
Amin. 


(Saut Sihombing, S.Th)